Update Berita Olahraga dari Dalam dan luar Negeri

Thursday, June 8, 2017

Bali United dan Pelajaran Tentang Keberagaman di Indonesia

Foto perayaan gol para pemain Bali United menjadi viral. Frame selebrasi menurut keyakinan tiga pemain laskar 'Tridatu' dinilai mempunyai sejuta makna.

Tak hanya di-share di lini masa media sosial, foto jepretan pewarta foto, Miftahuddinhalim, yang juga diunggah Facebook resmi Bali United itu juga dibahas oleh media-media mancanegara, salah satunya tulisan pewarta Washington Post, Marrisa Payne

Tiga penggawa Bali United, Ngurah Nanak, Yabes Roni, dan Miftahul Hamdi menjadi tiga pemain yang ada dalam satu frame, dalam pertandingan Bali United melawan Borneo FC. Mereka merayakan gol kedua yang dilesakkan oleh Yabes dan bersyukur sesuai dengan keyakinan masing-masing. Nanak yang memeluk agama Hindu berdiri sambil menyembah, Yabes yang seorang nasrani berlutut merapatkan tangan dengan posisi berdoa, sementara Hamdi yang seorang musim bersujud syukur. Di pertandingan itu, tim tuan rumah menang dengan skor akhir 3-0.

Sekali lagi, sepakbola atau pada umumnya olahraga bisa menembus batas sekat-sekat yang bisa merenggangkan hubungan dalam bermasyarakat.

Sepakbola 'Penurun Panas' Akibat Friksi Politik Negeri Ini

Perkara perebutan kekuasaan di negeri ini menghalalkan segala cara untuk mendulang suara. Isu SARA pun menjadi cara yang paling seksi untuk mengambil hati para voters.

Gesekan antara para pendukung calon yang berkepentingan dalam pemilihan suara pun amat panas di dunia maya. Isu SARA ini sudah mulai bermunculan sejak tahun lalu.

Saat tensi sedang panas-panasnya, tim nasional Indonesia yang berlaga di Piala AFF 2016 seakan menjadi satu oase. Meski persiapannya tak matang, mereka mampu melaju jauh di turnamen dua tahunan itu.

Sempat kalah di pertandingan perdana, penampilan Indonesia menanjak hingga akhirnya menjejak ke babak final.

Saat menjalani pertandingan kandang di stadion Pakansari, penonton pun menyesaki tribune. Dalam laga semifinal melawan Vietnam dan final melawan Thailand, suporter dari berbagai penjuru Indonesia pun berdatangan. Memang, ajang ini juga merupakan yang pertama setelah Indonesia lepas dari sanksi FIFA selama satu tahun.
Foto para penggawa timnas yang tak lupa menjalankan ibadah di tengah padatnya jadwal pertandingan pun juga viral kala itu. Skuat 'Merah-Putih' selalu salat berjamaah di ruang ganti sebelum laga dimulai.

Cerita striker timnas, Lerby Eliandry, yang tak meninggalkan ibadah hari Minggu saat berlaga di Filipina juga menjadi cerita menarik tersendiri.

Kiprah timnas saat itu lantas menjadi pengalih perhatian sementara di tengah situasi politik yang memanas. Bahkan, petinggi negeri dan elit politik --yang bertarung memperebutkan kekuasaan sampai bergabung-- hadir di tribune untuk memberikan dukungan langsung ke stadion.

Tak hanya di pertandingan kandang, bahkan sampai ada yang jauh-jauh melawat sampai ke Bangkok untuk mendukung Indonesia di pertandingan leg II final Piala AFF 2016 melawan Thailand.

Semua penonton di stadion bersatu untuk mendukung skuat 'Merah-Putih', bersama menggemakan lagu kebangsaan Indonesia Raya sebelum laga, meski akhirnya harus merelakan finis di posisi dua.

Walaupun hanya sementara, sepakbola menjadi obat penurun panas suhu politik yang sudah mencapai puncaknya. Andai bisa menjadi juara, bisa dibayangkan bahwa dosis 'obat penurun panas' itu akan lebih tinggi hingga efeknya akan terasa lebih lama. Andai saja.

Sepakbola Representasi Unity in Diversity

Isu keberagaman menjadi isu penting di Indonesia belakangan ini. Dampak kampanye perebutan kekuasaan dan kasus hukum lainnya masih terasa, hingga hari kelahiran Pancasila pada 1 Juni kali ini pun sampai dibuatkan satu pekan khusus.

Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, turun langsung dalam gerakan yang mengambil slogan 'Saya Indonesia, Saya Pancasila'. Gerakan ini pun viral di media sosial.

Para penggawa timnas seperti Bayu Pradana, Rizky Pora, Irfan Bahcdim, dan Stefano Lilipaly juga turut menyemarakkan pekan Pancasila dengan unggahan-unggahan di akun pribadi media sosial milik mereka.

Tapi, sepakbola selalu mempunyai caranya sendiri untuk menyuarakan pendapatnya dari lapangan hijau, termasuk saat isu kebhinekaan menyeruak di permukaan.

Tim sepakbola, kali ini yang mendapatkan lampu sorot Bali United, menjadi lingkup kecil dari Bhineka Tunggal Ika. Keberagaman yang ada bukan untuk diseragamkan, tapi mengenakan jersey yang sama untuk meraih tujuan yang sama.

Foto Nanak, Yabes, dan Yamdi menjadi bukti lagi, sepakbola selalu bisa menyatukan dalam keberagaman suku, ras, agama dan antar golongan.


Sumber : detik.com

No comments:

Post a Comment

Laman

Entri yang Diunggulkan

Neymar Ejek Barcelona usai Cetak Gol Perdana Bersama PSG